Penyerahantanpa syarat ini dilaksanakan di Kalijati, Subang. Pihak Belanda diwakili oleh Panglima Tentara Belanda, Jenderal Ter Poorten, sedangkan Jepang diwakili oleh Jenderal Imamura. Penyerahan ini dikenal dengan perjanjian Kalijati. Sejak saat itu, berakhirlah kekuasaan Belanda di Indonesia sekaligus awal pendudukan Jepang di Indonesia.
Berdasarkanpilihan diatas, jawaban yang paling benar adalah: A. Pulang ke negara Belanda. Dari hasil voting 987 orang setuju jawaban A benar, dan 0 orang setuju jawaban A salah. Hal yang dilakukan Belanda setelah kalah dari Jepang adalah pulang ke negara belanda. Pembahasan dan Penjelasan
Namunpada akhirnya, mereka bisa bersatu padu untuk mengalahkan Belanda, yang kemudian memberikan dampak pada dampak Perang Padri Setelah mengalami penjajahan Belanda, akhirnya Indonesia dijajah kembali oleh Jepang, yang pada saat akhir-akhir penguasannya sempat mengalami kesulitan karena adanya pihak Amerika Serikat.
Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd. KNIL Tentara Kerajaan Hindia Belanda, sekitar tahun 1938. Foto Tropenmuseum/ LETNAN Didi Kartasasmita kemudian panglima Komandemen I Jawa Barat bingung. Setelah susah payah membawa pasukannya berlayar 18 jam dari Bula ke Ambon, dia tak mendapat penjelasan apa-apa dari komandan batalionnya, Letkol Kapitz. “Saya sudah mulai bingung, sebab tidak tahu apa yang mesti dilakukan. Saya terus menunggu perintah dari komandan teritorial,” ujarnya dalam otobiografi Didi Kartasasmita Pengabdian Bagi Kemerdekaan karya Tatang Sumarsono. Pada hari kedatangannya di Ambon, 29 Januari 1942, suasana kota sepi. Kabar bakal datangnya balatentara Jepang begitu kuat berembus sejak akhir tahun sebelumnya. Banyak keluarga mengungsi ke luar pulau Ambon. KNIL Tentara Kerajaan Hindia Belanda seperti tak sungguh-sungguh mempersiapkan perlawanan terhadap invasi Jepang. Ambon hanya dijaga sekira personel KNIL. Itu pun termasuk pensiunan tapi dipanggil dinas kembali. Beruntung mereka dapat bantuan pasukan Australia. Dalam hal persenjataan, KNIL tak punya persenjataan berat pertahanan udara, hanya beberapa meriam, senapan mesin ringan, dan sebuah pesawat terbang. “Itu pun akhirnya ditembak jatuh oleh kapal terbang Jepang,” ujar Didi. Di tengah kondisi memprihatinkan itu, Didi harus tetap bisa membangkitkan moril pasukannya yang kala itu sudah hampir runtuh. Belum lagi, tak seperti pasukan lain yang sudah mendapatkan stelling tempat tugas, pasukan Didi belum tahu tempat mana yang akan menjadi tugas mereka. Informasi yang coba dia cari juga tak kunjung tiba. Ketidakpastian itu berlangsung hingga akhirnya Jepang membombardir melalui laut dan udara pada 31 Januari 1942. Letkol Kapitz memerintahkan pasukan Didi bergerak ke Kampung Kudamati untuk menahan pendaratan pasukan Jepang. Tanpa peta topografi, Didi hanya mengandalkan ingatan akan tempat tugasnya berupa kampung di pantai bertebing curam di timur laut Ambon, untuk menyusun taktik. Setelah berjalan sejauh tiga kilometer melewati semak-semak, mereka tiba-tiba didatangi seorang sersan Belanda yang menyarankan agar jangan melanjutkan perjalanan. Di Karangpanjang, baku tembak sudah terjadi antara pasukan Jepang dengan pasukan KNIL dan pasukan Australia di Gunung Nona. Di sanalah KNIL-Australia menempatkan artilerinya. Jepang berupaya keras mematahkan perlawanan di Gunung Nona karena bila menang jalan menuju Ambon terbuka. Pasukan Australia pun sama, mereka lebih baik melawan ketimbang menjadi tawanan. Itu menjadi pemicu tekad Kompi B dan C untuk melawan. Pasukan Didi kembali melanjutkan perjalanan setelah suara tembakan mereda 30 menit kemudian. Mereka terlambat. Pasukan Jepang sudah ada di tebing-tebing curam yang menjadi stelling mereka. Jarak di antara mereka tak lebih dari 300 meter. Bersama mereka, tak jauh dari pasukan Didi, pasukan Kapten Turner dari Kompi B Mayor Westley asal Australia ikut bertempur mempertahankan Kudamati. Tembak-menembak pun meletus. Beberapa pasukan KNIL tertembak. Korban dari pihak Jepang tak diketahui pasti. Sekira 30 menit kemudian, tembakan dari Jepang mereda dan kemudian hilang. Kemungkinan mereka hanya pasukan pengintai yang tak lebih dari 30 personel. “Setelah terjadi kontak senjata yang berlangsung singkat itu, mungkin mereka menganggap bahwa tugasnya telah selesai, lalu kembali ke induk pasukannya,” terang Didi. “Menurut perhitungan militer, di sana tidak akan ada pendaratan pasukan Jepang secara besar-besaran.” Namun, ketika pasukan KNIL baru istirahat, seorang sersan dari markas teritorial datang menyusul. Markas memerintahkan pasukan Didi kembali dan melapor. Pasukan pun buru-buru kembali. Nahas menimpa mereka. Markas teritorial tak seberapa jauh lagi, tapi pasukan Jepang keburu menyergap mereka. “Kami sudah tidak ada lagi kemauan untuk melawan, sebab moril pasukan sudah habis,” kenang Didi. Mereka lalu dilucuti dan dikumpulkan dengan pasukan KNIL lain yang menyerah juga. Setelah itu mereka ditahan di berbagai tempat di dalam kota. “Jepang menyerang Ambon pada 31 Januari, dan dalam tiga hari berhasil mengalahkan garnisun Belanda dan Australia,” tulis David Murray Hommer dan Robert John O’Neill dalam World War II The Pacific. Berbeda dari pasukan Australia yang mati-matian bertempur, pasukan KNIL memilih menyerah. Di sektor Amahusu, KNIL menyerah sementara pasukan Australia terus melawan Jepang hingga tiga hari dan jumlah personelnya tinggal sedikit. Atasan Didi, Letkol Kapitz, sendiri melarikan diri setelah Didi dan pasukannya bergerak. Perwira Australia Letnan George Russell mengetahuinya setelah mendapat informasi dari asistennya, seorang pemuda Toorak berusia 25 tahun yang menjadi penghubung dengan markas tentara Belanda. Menurut pemuda itu, Kapitz mulai menghilang bersamaan dengan kemunculan beberapa tentara Jepang. Dari situlah pasukan Austalia baru menyadari bahwa KNIL amat lembek. Russell mendapati kantor markas tentara Belanda kosong. Dia segera menghancurkan semua peta dan kertas yang ditinggalkan pasukan Belanda karena terburu-buru melarikan diri. Kepada komandannya, Letkol William Scott, dia lalu melaporkan bahwa kota Ambon telah ditinggalkan Belanda. “Pasukan-pasukan KNIL yang seharusnya menjadi pertahanan paling hebat sudah kocar-kacir dan menyerah hanya dalam satu malam pertempuran,” kenang Des Alwi dalam Bersama Hatta, Sjahrir, dr. Tjipto dan Iwa R Sumantri di Banda Naira.*[pages]
- Tanggal 8 Maret 1942, Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang karena pasukan Jepang berhasil menguasai Batavia dan seluruh Pulau Jawa. Pernyataan menyerah Belanda terhadap Jepang terjadi di rumah dinas seorang perwira di kawasan Landasan Udara Kalijati, Subang. Dalam perundingan tersebut, Ter Poorten, Panglima Angkatan Darat Belanda dan Gubernur Jenderal Tjarda resmi menandatangani dokumen kapitulasi atau penyerahan tanpa syarat Hindia Belanda kepada JepangBaca juga Mengapa Belanda Sulit Menaklukkan Aceh? Mengapa Belanda Menyerah Kepada Jepang? Sejak Januari 1942, Jepang datang ke Indonesia dan berhasil membuat Belanda kewalahan. Jepang berhasil menguasai Kalimantan, Sumatera, sampai akhirnya Jawa hanya dalam waktu singkat. Pada 6 Maret 1942, Panglima Angkatan Darat Belanda Letnan Jenderal Ter Poorten memerintahkan Komandan Pertahanan di Bandung, Mayor Jenderal JJ Pesman, untuk tidak bertempur di Bandung. Hal itu disebabkan karena Bandung sudah dipadati oleh penduduk sipil, baik wanita maupun anak-anak. Apabila pertempuran terjadi, maka akan ada banyak korban sipil yang berjatuhan. Keesokan harinya, 7 Maret 1942 sore hari, Lembang jatuh ke tangan Jepang. Jepang berhasil memaksa pasukan Koninklijk Netherlandsch Indische Leger KNIL di bawah Komando Letjen Ter Poorten melakukan gencatan senjata. Mayjen JJ Pesman pun mengirim utusannya ke Lembang untuk berunding. Jenderal Imamura meminta agar perundingan dilakukan bersama Gubernur Jenderal van Starkendborgh Strachouwer di Kalijati, Subang, pagi tanggal 8 Maret 1942. Setelah permintaan tersebut diterima, Letjen Ter Poorten meminta agar Gubernur Jenderal Tjarda menolaknya. Mendengar penolakan tersebut, Jenderal Imamura mengeluarkan ultimatum, apabila pagi hari 8 Maret 1941 pukul para petinggi Belanda belum juga berada di Kalijati, maka Bandung akan dibom sampai hancur. Sebagai bukti bahwa ancaman tersebut bukan hanya gertakan, sejumlah besar pesawat pengebom Jepang disiagakan di Landasan Udara Kalijati. Melihat kondisi yang semakin mengkhawatirkan, Jenderal Ter Poorten, pemimpin Angkatan Perang Hindia Belanda dihadapkan pada situasi kritis. Akhirnya, dilancarkan pertemuan kembali di rumah dinas seorang perwira staf Sekolah Penerbang Hindia Belanda di Lanud Kalijati pada 8 Maret 1942. Dalam perundingan tersebut, Ter Poorten dan Tjarda resmi menandatangani dokumen kapitulasi atau penyerahan tanpa syarat Hindia Belanda kepada Jepang. Dengan demikian, Belanda resmi menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Baca juga Mengapa Belanda Tidak Mengakui Kemerdekaan Indonesia? Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
hal yang dilakukan belanda setelah kalah dari jepang adalah